
Akting Ana de Armas di Ballerina Dipuji, Tapi Cerita Film Tuai Kritik
Energi Juang News, Jakarta– Film Ballerina yang menampilkan Ana de Armas berhasil menarik perhatian kritikus berkat performa memukaunya. Namun, meski akting Ana de Armas di Ballerina menuai banyak pujian, alur ceritanya justru dianggap kurang kuat dan mendapatkan sejumlah kritik.
Film spin-off dari waralaba John Wick ini memperoleh skor 75 persen dari 226 ulasan di Rotten Tomatoes per Selasa (10/6). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan film John Wick utama yang selalu mencatatkan skor di atas 85 persen.
John Wick: Chapter 4 (2023) mendapat rating 94 persen. Film sebelumnya, Chapter 3 (2019) dan Chapter 2 (2017) masing-masing meraih 89 persen, sedangkan John Wick pertama (2014) mendapatkan 86 persen.
Walaupun begitu, Ballerina tetap dianggap sebagai film yang layak tonton dengan predikat “Tomat Segar”. Film ini juga mendapat sambutan hangat dari penonton, dengan skor audiens mencapai 93 persen dari lebih dari 2.500 ulasan.
Len Wiseman sebagai sutradara mendapatkan apresiasi karena berhasil menghadirkan gaya aksi khas John Wick ke dalam film ini. Matt Singer dari ScreenCrush menyebut Ballerina sebagai spin-off yang dieksekusi dengan baik dan melebihi ekspektasi.
“Spin-off John Wick ini ternyata berhasil menghibur dan membawa penonton ke sisi baru dari dunia John Wick,” tulis Singer dalam ulasannya.
David Ehrlich dari IndieWire juga mengapresiasi sudut pandang segar yang disajikan Ballerina, menyebutnya sebagai tambahan menarik bagi jagat John Wick.
Di sisi lain, penampilan Ana de Armas sebagai karakter utama, Eve Macarro, menjadi sorotan paling menonjol. David Rooney dari Hollywood Reporter menilai akting de Armas yang intens membuat Ballerina layak disebut sebagai film aksi musim panas yang seru.
“De Armas tampil luar biasa dengan gaya bertarung yang presisi dan membawa nuansa baru dalam film laga yang stylish,” kata Rooney.
Sergio Burstein dari Los Angeles Times memuji penampilan total Ana de Armas dalam adegan aksi. Ia menyebutnya sebagai kekuatan utama film ini.
“Film ini mencapai puncaknya ketika Ana de Armas benar-benar all-out dalam perannya sebagai pembunuh bayaran. Dan untungnya, itu terjadi hampir sepanjang film,” tulis Burstein.
Ana de Armas mendapat banyak pujian atas aktingnya. Namun, beberapa kritikus menilai plot film terlalu dangkal dibanding film utama John Wick.
Redaksi Energi Juang News