Viking Valhalla: Perang Kuasa dan Doktrin Agama

Viking Valhalla: Perang Kuasa dan Doktrin Agama

Gerak News, Jakarta- Serial Viking Valhalla dengan tiga sesi sangat cocok ditonton, terutama bagi penggemar fiksi sejarah. Melibatkan Justin Pollard, konsultan sejarah, riset film ini saja menghabiskan waktu berbulan-bulan. Film ini menunjukkan bukan fiksi sejarah kaleng-kaleng.

Film yang melibatkan beberapa sutradara seperti Niels Arden Oplev, Stephen St. Leger dan Hannah Quinn ini berlatarbelakang abad ke-11 atau tahun 1002 di Kepulauan Inggris, Danelaw, yang ditempati bangsa Viking. Meski orang-orang Viking ini sudah berbaur dengan orang Inggris asli, tapi ini tetap saja mengkhawatirkan Raja Aethelred II dari Inggris, terutama bagi para bangsawan Saxon. Bangsawan Saxon takut tidak ada lagi perbedaan antara orang Saxon dan orang Viking setelah satu generasi. Orang Viking pun dibantai dalam jamuan makan malam Aethelred II.

Di saat yang sama, orang Greenland, Leif Erikson dan Freydis Eriksdotter, mau membalas dendam kepada seseorang yang telah menindasnya dengan simbol agama. Mereka tiba di Kattegat yang dipimpin Jarl Haakon, seorang Pagan yang sangat toleran. Di bawah kepemimpinan Jark Haakon yang sangat pluralis itu, Kattegat menjadi kota bagi semua agama dan kepercayaan. Kedataangan Leif dan Freydis di Kattegat bersamaan dengan konsolidasi bangsa Viking dari Norwegia dan Denmark untuk membalas dendam kepada Aethelred II di Inggris.

Jadilah kisah film ini, selain soal balas dendam personal, balas dendam atas nama bangsa tertentu menjadi soal perebutan tahta kerajaan Inggris, Norwegia dan Denmark. Film ini juga selain bercerita soal ekspansi kekuasaan, juga bercerita soal perang agama. Perang antara kaum beragama dengan kaum pagan; atas nama tuhan dan atas nama dewa. juga perang antara-kaum beriman dengan beda Tuhan: sama-sama klaim bawa misi suci. Kasih Tuhan disebar dengan kucuran darah.

(Yayan Sopiani)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus (0 )
Aktifkan Notifikasi Berita Terbaru? Aktifkan Tidak