
Kerusuhan Los Angeles dan Politik Trump: Bukti Bahaya Populisme Kanan
Oleh Hiski Darmayana
(Pemimpin Redaksi Energi Juang News)
Situasi di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) memanas. Gelombang demonstrasi yang menjelma menjadi kerusuhan mewarnai kota itu.
Kebijakan imigrasi pemerintahan Donald Trump, adalah pangkal dari kerusuhan tersebut. Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump ‘menelurkan’ kebijakan yang keras terhadap imigran.
Trump menghapuskan berbagai program yang selama bertahun-tahun dibangun diatas kesadaran bahwa toleransi terhadap imigran atau pendatang merupakan nilai demokrasi yang mendasar.
Bahkan, Amerika Serikat sendiri sejatinya merupakan negara yang didirikan oleh para imigran.
Namun Trump mementahkan kesadaran itu. Terbaru, dia secara resmi memberlakukan larangan perjalanan terhadap warga dari 12 negara ke AS.
Apa yang dilakukan Trump itu merupakan contoh nyata populisme sayap kanan. Dan itu dia akui sendiri di periode pertama pemerintahannya. Trump mempromosikan slogan “America First” sambil mengobarkan spirit populisme sayap kanan.
John B. Judis dalam “The Populist Explosion” mengungkapkan, populisme kanan biasanya mengeksploitasi kebencian pada pihak ketiga. Para populis kanan kerap membangun narasi bahwa pihak ketiga atau ‘the others’ sebagai pihak yang bertanggungjawab atas segala kesusahan hidup yang menimpa rakyat kebanyakan.
Dalam kasus Trump di AS, pihak ketiga itu adalah kaum imigran dan kalangan minoritas lain seperti umat Islam. Jadi, kaum populis kanan gemar meniupkan sentimen kebencian terhadap golongan, etnis, agama, atau ras tertentu.
Dan sentimen itu ditiupkan Trump untuk mendulang dukungan dari kelompok-kelompok kulit putih dan Kristen Protestan konservatif. Maknanya, populisme kanan ala Trump ini gemar membenturkan kelompok-kelompok dalam masyarakat .
Kebijakan Trump di AS itu, hendaknya menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia, bahwa betapa berbahayanya memainkan populisme kanan yang berbasiskan politik kebencian.
Kebijakan berbasis kebencian pada suatu kelompok, pasti akan menuai perlawanan dari kelompok tersebut. Persatuan pun tergerogoti. Itulah yang terjadi di AS kini.
Populisme kanan jelas bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam pidatonya pada 1 Juni 1945, Sukarno menegaskan:
“Kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, tetapi ‘semua buat semua’.”
Maka populisme kanan ala Trump atau siapapun di bumi ini, harus ditolak oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini harus tetap berpedoman pada Pancasila yang mengamanatkan persatuan, bukan pada populisme kanan yang menyulut perpecahan.
Redaksi Energi Juang News